“Risa…”
Sebenarnya semua begitu sederhana. Namun ketika berada di tangan perempuan, terlihat rumit adanya. Hari ini, entah kesekian kali aku memburu mesin waktu. Rasa ini masih sama. Aku-pun masih sama. Berotasi, namun tak bergerak. Aku merasa cukup hanya berdiam pada satu titik. Titik rasaku, yang mencintaimu. Continue reading