Menjadi seorang guru tidak lantas membuat saya dan suami berpikiran untuk menyekolahkan anak kami kelak ke sekolah negeri atau swasta sembarangan. Meski harus merogoh kocek dalam-dalam, kami bersepakat untuk meng-homeschooling-kan anak kami. Kenapa? Sadar atau tidak sadar, kurikulum kita selalu berbenah dan belum fix sehingga banyak yang mendapatkan imbasnya, terutama peserta didik. Berbeda dengan kurikulum internasional yang sudah pakem. Namun kalau homeshcooling, proses interaksi dengan lingkungannya bagaimana?
Nah, di tengah proses perbaikan kurikulum dan semangat homeschooling, kemarin saya ada kesempatan mengunjungi project exhibition di Yogyakarta Independent School (YIS), sekolah internasional di Yogyakarta (please check https://yis-edu.org/). Pertama masuk gerbang, langsung mendapatkan good insight soal pendidikan. What kind of insight then?
Jadi begini, sekolah itu bukan sekadar tukang dikte bahkan tukang doktrin peserta didik menjadi yang dimau pendidiknya (dalam hal ini guru, bahkan pemerintah sekalipun lewat kurikulum). Sekolah adalah tempat belajar dan berkembang sesuai intelligence masing-masing individu sekaligus penanaman norma baik internal maupun sosial. Daaan, saya dapat pemandangan indah dari integrasi pendidikan itu di YIS. How come? Yeah, YIS menggunakan kurikulum International Baccalaureate (IB) dalam proses pembelajarannya di mana kesemua itu terintegrasi menjadi rangkaian proses pembelajaran yang apik.
Ohya, bagi yang belum tahu IB, berikut penjelasan singkatnya >> Dunia pendidikan internasional itu kebanyakan menggunakan Cambridge atau IB. Cambridge lebih banyak teks, IB lebih banyak lapangan. Cambridge lebih banyak menghafal, sedangkan IB lebih banyak praktik. Karenanya, kurikulum IB sebenarnya sangat bagus diterapkan di Indonesia karena mempelajari norma and how to communicate with others.
Oke lanjut. Jadi kemarin saya menghadiri salah satu event YIS yaitu project exhibition. Pas masuk sekolahnya, hawanya langsung adem banget karena hampir sebagian besar area YIS dikelola dengan sistem ramah lingkungan. For your information, luas YIS ini sekitar 6,5 hektar. Sebagian kecil untuk gedung sekolah dan sebagian besar area belajar lapangan (termasuk taman bermain) bahkan ada lapangan sepakbola yang berstandar internasional yang sering banget digunakan untuk latihan timnas Indonesia. Sudah jangan dibayangkan. Begini kenampakannya …
Well, saya disambut langsung oleh Principal YIS, Mrs. Kimberly. Eh, Ibu Kimberly. One thing yang membuat saya cukup kagum adalah pembiasaan memanggil dengan sebutan Bapak atau Ibu ke guru karyawan di YIS, bukan Mister maupun Mrs. Semacam, di mana tanah dipijak, di sana langit dijunjung #tsah. Ibu Kimberly mempersilakan saya dan kawan saya untuk mengeksplorasi project exhibition yang dilaksanakan setahun sekali oleh peserta didik kelas X.
As the vision and mission of YIS, provides stimulating environment for young people to become caring, curious, and critical thinker, anak kelas X diajarkan untuk memiliki mimpi yang tinggi, ambisius dalam mengejar, namun juga mau berbagi ilmu, skill, dan pengalaman selama menempuh mimpi salah satunya lewat project exhibition ini. Pada kesempatan ini, ada 5 peserta didik yang melakukan pameran dengan berbagai macam topik yang diambil seperti refugee by conflict, sustainable house living, safety drag racing, sex education, and politics for children.
Saya sangat terkesan dengan pameran ini karena peserta didik benar-benar mempelajari pameran mulai dari menemukan tema sampai cara presentasi yang bagus. Ada dari mereka yang belajar menggunakan aplikasi baru untuk desain maket, ada yang pertama kali membuat buku, brosur, maket (sejenis tiruan bentuk), infografis, dan masih banyak lagi. Mereka mendapatkan data juga tidak main-main, proses literasi yang panjang sampai dengan interview ke narasumber yang bersangkutan juga tetap dilaksanakan meski harus ke luar kota. Proses pembuatannya juga membuat peserta didik belajar apa itu komitmen dan ketelatenan. Terakhir, how to present their product to others bahkan ke strangers sepeti saya dan kawan saya. Mereka tetap nice and very polite. Menurut saya, it’s really really amazing untuk ukuran sebuah proses pembelajaran. Bagaimana mengolah interest mereka menjadi sesuatu yang nyata dan bermanfaat bagi orang lain setelah dipresentasikan dengan baik.
Stand pertama yang saya kunjungi adalah stand Sam karena letaknya paling depan. Saat saya berkunjung, dia sedang menjelaskan kepada anak-anak SD dan membagikan kuesioner terkait (sebut saja) kepuasan pelanggan dan evaluasi project. Perlu diingat kembali bahwa yang mengikuti pameran ini adalah peserta didik kelas X, termasuk Sam. Kali ini, Sam mengambil tema sustainable living space. Saat saya bertanya, “Why did you choose this topic?” Dia menjawab dengan lugas dan sangat jelas, dimulai dari ketertarikannya terhadap arsitektur dan seluruh proses yang ada di dalamnya lalu ia melakukan literasi terkait global warming dan merangkumnya menjadi sebuah rumah yang ramah lingkungan. Project ini mengajarkan Sam belajar secara mandiri seperti saat merancang sustainable house menggunakan SketchUp. Selain itu, dia juga menggabungkan beberapa teori mulai dari bahan dan letak pondasi, tembok, isi rumah, atap, bahkan area luar rumah. Satu yang belum sempat Sam pelajari yaitu pembiayaan. Next ya, Sam! Semoga besok ada kesempatan untukmu belajar pembiayaan, material, kontur tanah, dan sejenisnya untuk mendukungmu menjadi arsitektur muda!
Stand kedua mengambil tema tentang the global refugee crisis. Satu informasi baru yang sebenarnya cukup asing di telinga saya adalah pengungsi dari daerah konflik yang tinggal di beberapa barak pengungsian di Indonesia. Doi nih, mencari informasi nggak tanggung-tanggung. Langsung terbang ke Jakarta loh untuk bertemu narasumber! Totalitas, bukan? She just want to invite others to see that there are so many people who need our hands and still struggling for their citizenship! Thanks for your sincerity, dear! Semoga yang membaca tulisan saya ini turut tergugah dan dapat memberikan bantuan kepada para pengungsi dan semoga para pengungsi segera mendapatkan hak mereka dari PBB melalui UNHCR.
Stand selanjutnya berbicara tentang safety drag racing. Loh kenapa kamu bikin penelitian tentang ini? Dia bilang, “Balapan motor untuk anak Indonesia itu tidak ada yang aman. Banyak yang ilegal di jalan umum dan membahayakan. Jadi saya membuat rancangan safety drag racing dan harapannya bisa diwujudkan.” Tiba-tiba saya teringat peserta didik saya kelas XII yang belum lama ini saya panggil ke ruang BK dikarenakan bolos beberapa hari. Alasannya apa dong? Balapan. Di mana? Di Landasan Pacu Depok. Saya spontan tanya, “Suka balapan ya? Pernah ke landasan pacu Depok?” Dia menjawab, “Ya saya sangat menyukai drag racing, sering ke landasan pacu Depok”. Lalu kami berdiskusi lebih jauh lagi soal ini. Maksudnya, sedarurat apa sampai anak didik saya pamit ke orang tua untuk sekolah tapi ternyata sekolah di landasan pacu Depok, hiks. Ohya, saat pameran ditampilkan pula miniatur area balap yang sebaiknya dibangun untuk memfasilitasi kaum muda yang sering coba-coba.
Ada dua lagi namun saya tidak sempat mengambil gambar mereka: Sean yang tertarik dengan dunia politik dan Nadia yang tertarik dengan dunia grafis. Sean membuat buku yang membahas beberapa policy dengan literatur yang banyak sekali (wah kamu kalau lihat daftar pustakanya bisa minder) sementara Nadia mengambil tema sex education lalu ia kembangkan ketertarikannya terhadap dunia grafis dengan membuat infografis sex education untuk memaparkan tema tersebut dengan lebih detail. Tidak hanya infografis, Nadia juga menyediakan bioskop mini dengan video edukasi durasi 3 menit. Akhir kunjungan, saya sempat bertanya, “Video kamu yang buat?” Dia menjawab, “Bukan.” Lalu saya tutup dengan, “Sekarang infografis, besok saya tunggu video buatanmu sendiri ya!” Dan dia mengangguk semangat.
Gimana, kurikulum IB banget bukan? Mengasah interest menjadi suatu produk nyata yang layak untuk dipamerkan 🙂 Setelah meramaikan pameran, saya tertarik berkeliling sekolah, melihat apa saja aktivitas peserta didik di sekolah. Kami mulai dari perpustakaan. Ya, ternyata tidak ada ruang perpus khusus seperti di sekolah kebanyakan. Perpustakaan di sini ada di berbagai sudut. Kalau ada rak buku, di situlah perpustakaan. Peserta didik maupun guru karyawan boleh membaca sesukanya. Kalau resource room beda lagi, guru-guru sering ambil bahan material di resource room (namun tidak sempat saya abadikan). Selain ada rak buku, biasanya di samping rak terdapat kursi untuk diskusi antar-peserta didik.
Gedung YIS memiliki kapasitas 200 peserta didik dari early year sampai middle (on going to 400 students). Lantai satu untuk Early Years sampai SD, lantai 2 untuk SMP dan SMA. Ohya, ternyata peserta didik SMP di sini sudah menggunakan semacam SKS kuliah lho. Jadi bebas pilih gitu mau ambil pelajaran apa atau keahlian apa. Semakin deg-degan saya dibuatnya. Dan satu hal yang membuat saya merasa sekolah ini menghargai keberadaan peserta didiknya adalah ini…
Lukisan tersebut adalah gambar wajah anak kelas X yang melaksanakan pamerannya tadi. Coba bayangkan kalau kamu masuk ruang kelasmu lalu ada fotomu dipajang di tembok kelasmu. Menjadikanmu lebih memiliki kelas bukan? Hal sederhana namun memberikan efek semangat yang luar biasa. Lanjut ke ruang laboratorium dan ruang kelas.
Setelah puas berkeliling lantai 2, saya dan kawan saya berkeliling di area early years and got this!
So, well integrated right? Main-main iya, senang-senang menggambar iya, eh ternyata sambil belajar juga. Bonusnya adalah, sekolah di sini jauh lebih terjangkau daripada sekolah di sekolah internasional lain yang memiliki kurikulum yang sama. Ohya, ini hasil gardening grade 1-2, taman terong dan tomat hihihi.
Untuk muslim, disediakan pula ruang salat yang memadai beserta peralatannya. Akhirnya, sampailah di penghujung cerita. Saya mengambil segelas es teh yang disediakan di pameran kemudian duduk sejenak mengamati sekitar. Mata saya menangkap Ibu Kimberly yang sedang berbincang hangat dengan peserta pameran. Tidak ada kasta di sini. Semua sama, protes dipersilakan, asalkan tetap menjaga kesopanan. Tambah nyes rasanya.
Sekian dulu jalan-jalannya kali ini, bolehlah sesekali main ke YIS, dijamin kepengen nyekolahin anaknya di sana! Ohya, kamu bisa daftar sepanjang tahun ya, tidak harus awal tahun pembelajaran. Tapi, untuk lebih lengkapnya, please come to Yogyakarta Independent School – Jalan Tegal Mlati No. 1 Jombor Lor, Sinduadi, Mlati, Sleman 55284 – Email info@yis-edu.org – Telephone number: +62274 5305147 or +6282241044242. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya ya!