Enak Nggak Enaknya Jadi Guru

Pura-pura akrab: bersama dua anakku di LKS 2017 🙂

Dua tahun sudah menjadi seorang guru. Dan saya baru sadar, dua tahun belumlah apa-apa. Masih seumur jagung. Masih kemarin sore. Dan dalam dua tahun tersebut, sudah berganti tiga sekolah dengan karakter sekolah dan peserta didik yang berbeda. Berat memang. Menjadi seorang guru tidak sesederhana yang saya bayangkan. Bukan hanya mengajar di kelas. Bukan hanya bersua dan tertawa bersama anak-anak…

Menjadi Ladang Sekaligus Tabungan

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289)

Ilmu yang kita punya, tentu tidak akan berhenti begitu saja bila kita menyampaikannya kepada orang lain. Justru, akan menjadi amal jariyah, pabila ilmu tersebut bermanfaat. Amal jariyah adalah amal yang tiada terputus bila kita meninggal nanti. Perilaku kita (yang baik-baik), bilakah mampu menjadi teladan bagi anak-anak didik kita, adalah ladang dakwah. Bagaimana kita mengenalkan Islam secara santun. Memberi contoh bagaimana bergaul yang baik kepada orang tua, guru, dan teman. Bukankah sebaik-baik nasihat adalah teladan?

“Sesungguhnya Allah, para malaikat Nya, penduduk langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (Hadits Abu Umamah Al Bahili riwayat Tirmidzi di shahihkan oleh Al Albani)

Memberi Ruang Kita Untuk Berkembang

Menemani menjemput juara 1 Lomba Cipta Kreasi Software tk Provinsi

Kalau kata seorang guru, saya berkembang semenjak masuk di sekolah tempat saya bekerja sekarang. Yang awalnya di bawah 50kg, kini telah melebihi 🙁 Eh, bukan berkembang seperti itu yang saya maksud. Berkembang karena menjadi seorang guru itu… Belajar mengenal siswanya yang memiliki berbagai karakter. Ya mau tidak mau, harus belajar psikologi. Tak henti di situ. Zaman terus bergerak maju. Menuntut kita untuk memahami perubahan pola perilaku dan pola pikir anak zaman sekarang. Mereka menyebutnya #kidsZamanNow. Wah!

Dolan bareng anak didik. Aku yang mana?

Selain perkara peserta didik, yang tidak kalah membuat berkembang adalah administrasi seperti program tahunan, program semester, minggu efektif, hari efektif, jam efektif, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan sebagainya. Jangan mengandalkan kampus sebagai ruang belajar ya, karena saya bisa membuat itu semua bukan dari bangku kuliah. Eloknya, setiap guru produktif (karena saya kejuruan), bisa mengampu lebih dari 3 mapel. Wkwk (ketawa pahit). Dengan membuat administrasi tersebut, kita diajarkan untuk menjadi guru yang terencana. Sangat menyenangkan karena saya suka hal yang terencana. Apalagi jika hal tersebut dibuat habit. Pasti proses pembelajaran setiap tahun akan menjadi efektif.

Dalam RPP, disebutkan media pembelajaran yang digunakan. Dengan begitu, setiap guru pun dituntut untuk mengenali teknologi terbarukan. Tidak menggunakan PPT yang sama setiap tahunnya, melainkan selalu ada inovasi dan inovasi. Mungkin tahun ini menggunakan kertas, tahun depan menggunaan PPT, tahun depan via blog, bahkan bisa melalui youtube. Belum lagi bidang yang ditekuni adalah IT, ya, mau nggak mau harus lari kenceng untuk mengejar materi. Seringnya, saya mengajak siswa belajar bersama, bukan saya yang mengajarkan. Karena biasanya, anak-anak lebih cepat lari ketimbang ibunya ini.

Dua tim Lomba Cipta Kreasi Software

Bukankah Allah akan meninggikan orang-orang berilmu beberapa derajat?

Memperluas Silaturahim

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat: 13)

Di sekolah, silaturahim bisa tiga sekaligus. Satu, dengan sesama rekan kerja (guru, karyawan), wali siswa, dan siswa itu sendiri. Eh empat ding, sama tetangga sekolah juga. Kan kadang beli makan di depan sekolah, hehe. Dengan sesama rekan kerja, kita bisa belajar baik itu materi pelajaran yang akan kita sampaikan kepada peserta didik maupun belajar ilmu-ilmu organisasi seperti bagaimana menjadi sekretaris, pengawas, proktor, mencetak kartu ujian, bahkan gimana caranya protes dan kepada siapa protes itu mestinya ditujukan, wkwk.

Kamis Pahingan

“Buk, mau tanya… Buk, mau curhat…” Nggak hanya siswa, chat seperti itu juga bisa berasal dari wali siswa. Hanya wali yang emak-emak lho ya, kalau bapak-bapak biasanya hanya bertanya di group saja. Jadi, saya belajar psikologi anak, psikologi dewasa, sekaligus mempertemukan dua karakter tersebut. Kalau pada curhat, ya saya selalu berusaha mengajak mereka diskusi. Seperti pesan psikolog pribadi saya mbak Anna. Wkwk. And it works! Jadi bukan saya yang full saran, melainkan “Rencana kamu apa?” Dan sebagainya. Diajak mikir bareng dulu. Dan curhat-curhatan itu baik secara langsung maupun via socmed, bisa memperluas jarak pandang saya terhadap suatu masalah. Maklum, sejak lahir ceplok, saya tergolong orang yang lurus-lurus saja.

Nah itulah beberapa enaknya jadi guru. Nggak enaknya banyak, tapi sepertinya tidak perlu saya sebutkan karena jurnalis nggak boleh menyebarkan opini negatif, wkwk. Hanya mungkin setiap hari, seorang guru harus nyetok ketangguhan dan kesabaran. Beli di marketplace banyak kok, kadang free ongkir. Hahaha. Intinya, bila kita tidak bisa mewarnai yang baik-baik untuk lingkungan kita, lakukan sendiri. Shalat awal waktu misalnya. Memperkecil ruang ghibah misalnya. Dan bila peserta didik atau rekan kerja kita bersalah, maka maafkan… Seperti doa Rasulullah.. “Ya Allah, ampunilah mereka, mungkin mereka hanya belum tau…”

Semoga bermanfaat 🙂

2 thoughts on “Enak Nggak Enaknya Jadi Guru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.