Merbabu Part #3 : Merbabu Ajarkanku Lupakanmu

Selo, 27 Desember 2016

Melupakanmu bukan hal mudah. Setidaknya bagiku. Butuh waktu sekitar 4 tahun, dan sebentar lagi usiaku 23, sudah saatnya benar-benar melangkah. Dan Merbabu, menjadi saksi hidup luruhnya segala hal yang ada dalam hati dan pikiranku, untukmu.

Pukul 17.30 WIB. Sudah hampir terdengar adzan maghrib. Baru sampai pos 3. Harus mendaki sedikit lagi sebelum sampai tempat pendirian tenda di Sabana 1. Angin mulai berhembus kencang. Sepakat dengan berbagai cerita di internet soal pendaki yang diganggu, biasanya diawali dengan angin kencang. Jujur, pikiran saya kembali melayang, nyali menciut. Continue reading

Merbabu Part #2 : Merunut Penanda Ketinggian

Selo, 27 Desember 2016

Saya masih tidak begitu yakin bahwa saya sudah sampai Selo dan hampir melakukan pendakian. Ini adalah pendakian pertama saya (setelah Gunung Bromo, Sikunir, dan Nglanggeran di mana ketiganya adalah gunung wisata, kalau teman yang lain menyebut tiktok alias sekali jalan, atau daki-turun cukup dalam satu hari). Beberapa orang cukup heran karena pemilihan gunung yang mungkin bagi orang lain terlalu ekstrim bagi pemula.

Sedikit takut, wajar. Sedikit khawatir, tentu. Namun sepuluh hari sebelum pendakian, saya diarahkan adek saya Fahrul untuk olah fisik dengan cara jogging namun tidak dipaksakan. Selain itu, mbak Lina juga selalu mengingatkan peralatan yang harus disiapkan agar tetap bertahan hidup di atas sana. Well, karena pendakian ini atas restu simbok tercinta, dicarikan headlamp juga oleh kakak saya (beserta cadangan baterai yang jumlahnya mungkin lebih dari satu lusin), sandal gunung milik kakak perempuan saya yang dulu juga senang hiking, sleeping bag dari adek sepupu saya Lia, beserta carrier dan matras dari tetangga saya dek Cahya. Continue reading