Selo, 27 Desember 2016
Saya masih tidak begitu yakin bahwa saya sudah sampai Selo dan hampir melakukan pendakian. Ini adalah pendakian pertama saya (setelah Gunung Bromo, Sikunir, dan Nglanggeran di mana ketiganya adalah gunung wisata, kalau teman yang lain menyebut tiktok alias sekali jalan, atau daki-turun cukup dalam satu hari). Beberapa orang cukup heran karena pemilihan gunung yang mungkin bagi orang lain terlalu ekstrim bagi pemula.
Sedikit takut, wajar. Sedikit khawatir, tentu. Namun sepuluh hari sebelum pendakian, saya diarahkan adek saya Fahrul untuk olah fisik dengan cara jogging namun tidak dipaksakan. Selain itu, mbak Lina juga selalu mengingatkan peralatan yang harus disiapkan agar tetap bertahan hidup di atas sana. Well, karena pendakian ini atas restu simbok tercinta, dicarikan headlamp juga oleh kakak saya (beserta cadangan baterai yang jumlahnya mungkin lebih dari satu lusin), sandal gunung milik kakak perempuan saya yang dulu juga senang hiking, sleeping bag dari adek sepupu saya Lia, beserta carrier dan matras dari tetangga saya dek Cahya. Continue reading →