Nanti, jika aku telah mampu bicara, aku akan katakan semuanya. Nanti, jika mataku tak mampu lagi bersuara, kenanglah aku sebagai jiwa.
Perempuan itu berjalan perlahan di sampingku menyusuri jalanan yang menurun. Kami saling diam. Menghirup udara dalam-dalam. Tanda bahwa masing-masing dari kami sedang menahan beban, namun saling menyimpan. Sore itu indah. Namun senja kali ini, tidak sempurna.
“Jadi, sekarang engkau dekat dengan siapa?” Continue reading